Bayangkan sebuah pagi di Tiongkok kuno , ribuan tahun lalu. Udara masih diselimuti kabut tipis, pepohonan murbei berbaris rapi di lereng perbukitan, dan para pelayan istana sibuk mengumpulkan dedaunan segar untuk makanan ulat-ulat kecil yang rakus. Ulat-ulat itu, mungil dan nyaris tak terlihat istimewa, kelak akan menghasilkan sesuatu yang nilainya bisa mengalahkan emas: Sutra . Bagi masyarakat Tiongkok pada masa Dinasti Han , sutra bukan sekadar kain. Ia adalah simbol kekuasaan, kehormatan, dan kemewahan yang tak terbayangkan. Seperti Indonesia dengan sejarah batik . Gambaran sebuah pesta besar di istana: " Para pejabat tinggi berbalut jubah panjang berkilau, setiap lipatannya memantulkan cahaya lilin seperti air yang beriak ." Sementara itu, rakyat jelata hanya bisa memandang dari kejauhan, tahu bahwa kain lembut itu adalah mimpi yang mustahil mereka miliki. Sutra adalah tanda status sosial tinggi dan hanya orang-orang tertentu yang boleh menyentuhnya. Tidak heran, k...
Tulisan Penjahit Alamanda
Berisi tulisan tentang Dunia Jahit dan fashion yang bisa dijadikan referensi .